8 Agustus 2016

Tirani dan Benteng


Bibliografi antologi puisi:
Taufiq Ismail. 1933. Tirani dan Benteng (dua kumpulan puisi). Jakarta: Yayasan Ananda.



puisi-puisi di sana ditulis pada rentang tahun 1960 hingga 1966 di Pekalongan, Bogor, Yogyakarta, dan Jakarta. puisi-puisi itu dibagi menjadi tiga babak yaitu Puisi-puisi Menjelang Tirani dan Benteng (32 puisi), Tirani (18 puisi), dan Benteng (22 puisi). antologi puisi Tirani pernah terbit tiga kali di Gema Psychologi Universitas Indonesia, di Pengurus Besar Peladjar Islam Indonesia, dan di Biro Penerangan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. antologi puisi Benteng pernah terbit dua kali di Gema Psychologi dan Penerbit Faset. puisi-puisi pada antologi tersebut bertema kecemasan, kesangsian, kebebasan, harapan, angan-angan, cita-cita, dan tekad. puisi-puisi di sana menyiratkan angka termometer emosi zaman dan angka barometer politik negeri Indonesia pada saat itu.



Daftar puisi:

Puisi-puisi Menjelang Tirani dan Benteng
Bukit Biru, Bukit Kelu; Elegi Buat Sebuah Perang Saudara; Bilakah Kau akan Melintas di Depanku; Potret di Beranda; Pekalongan Lima Sore; Jam Kota; Alamat Tak Dikenal; Percakapan dengan Zaini; Dalam Gerimis; Alma Mater; Oda pada Van Gogh; Aku Belum Bisa Menyebutmu Lagi; Jun Takami, Berkatalah dengan Jelas; Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit; Syair Orang Lapar; Surat Ricarda Huch (9 April 1933); Surat Ricarda Huch (Masa Perang, 4 Nopember 1947); Formulir Ini; Suara; Pagi Terakhir di Sebuah Losmen Djalan Gerdjen; Adalah Bel Kecil di Jendela; Andong-andong Margomulyo; 2 September 1965, Pagi; 2 September 1965, Senja; Pikiran Sesudah Makan Malam, September; Sesudah Dua Puluh Tahun; Tjalkovski 1812; Catatan Tahun 1965; Obsesi Garis Miring; Oktober Hitam; dan Dengan Puisi, aku.

Tirani
Sebuah Jaket Berlumur Darah; Merdeka Utara; Harmoni; Jalan Segara; Karangan Bunga; Salemba; Tableau Menjelang Malam; Dari Catatan Seorang Demonstran; Percakapan Angkasa; Geometri; Aviasi; Mimbar; Arithmetik Sederhana; Depan Sekretariat Negara; 22 Tahun Kemudian; Seorang Tukang Rambutan pada Isterinya; Doa; dan Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini.

Benteng
Benteng; 6:30; Silhuet; Bendera; Nasihat-nasihat Kecil Orangtua pada Anaknya Berangkat Dewasa; Persetujuan; La Strada, atau Jalan Terpanggang; Dari Ibu Seorang Demonstran; Yell; Oda bagi Seorang Supir Truk; Horison; Rendez-vous; Kata itu, Suara Itu; Malam Sabtu; Kemis Pagi; Memang Selalu Demikian, Hadi; Pengkhianatan Itu Terjadi pada Tanggal 9 Maret; Bendera Laskar; Beberapa Urusan Kita; Surat Ini Adalah Sebuah Sajak Terbuka; Refleksi Seorang Pejuang Tua; dan Rijswijk 17.

*

3 Agustus 2016

Lagu Kelam Rembulan


Bibliografi antologi sajak:
Dody Kristianto. 2012. Lagu Kelam Rembulan. Sidoarjo: SARBIKITA publishing.



sajak-sajak di dalam antologi ini diidentifikasi sebagai makmum dari gerakan puisi gelap di Jawa Timur. lebih-lebih, sajak-sajak itu merupakan masa-masa awal (babak gelap) kepenyajakan sang penulis. hal itu diperkuat dengan munculnya diksi-diksi beraroma kelam atau gelap seperti mati, mayat, malam, darah, nanah, luka, ngeri, patah, kering, sekarat, nisan, tumbang, sepi, terbakar, hantu, dan sebagainya. gerombolan sajak-sajak tersebut dibagi menjadi tiga babak: babak pertama khusus bertarikh 2006 berjuluk Episode Simbolis dengan 12 muatan, babak kedua khusus bertarikh 2007 berjuluk Seperti Kebimbangan Hujan dengan 20 muatan, sedangkan babak ketiga khusus bertarikh 2008 berjuluk Mendung Melepuh dengan 8 muatan.



Daftar puisi:

2006 - Episode Simbolis
Melukis Titik Hujan; Alienasi Pohon-pohon; Episode Simbolis; Lanskap Persetubuhan; Memoar Menjadi Hujan; Sebuah Kesunyian dari Tanah Mayat; Kunamai Kesedihan; Semacam Obituari; Apokalipsa Bulan Merah; Krematorium Hantu; Requim Desember; dan Retorika Lonceng.

2007 - Seperti Kebimbangan Hujan
Surealisme Cinta; Sepanjang Perjalanan; Delta Sari Indah; Jl. Babatan II B No. 85; Aku Robohkan Monumen Kenangan; Seperti Kebimbangan Hujan; Kucari Wajahmu dalam Wajah-wajah Hujan; Aku Kehilangan Malam-malam; Rumah Kabut; Opus von Citizen; Pangkur Surabaya Selatan Pertengahan Malam; Musim Korak; Kuarungkan Seribu Surealita; Bulan Telanjang; Lanskap Agustus; Hujan dalam Selipat Surat; Aku Bayangkan Got yang Kau Pajang; Sebuah Sisa dari Agustus; Pulau Mati; dan Memimpikan Mendung.

2008 - Mendung Melepuh
Mendung Melepuh; Lagu Kelam Rembulan; Seupama Kitabmu; Mimpi Samun; Dari Musim Sarkasme Aku Menjumpaimu; Blurry; Syair Tanah Rekah; dan Syair dari yang Mati.

*

2 Agustus 2016

Buli-buli Lima Kaki


Bibliografi antologi puisi:
Nirwan Dewanto. 2010. Buli-buli Lima Kaki. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.



puisi-puisi di dalam buku ini dibagi menjadi lima bab - pada buku, bab-bab tersebut dijuluk sebagai kaki - dengan tiap bab memuat sebelas judul puisi. puisi-puisi tersebut kebanyakan bertarikh antara 2008 hingga 2010. di kaki kesatu, puisi-puisi mengambil kehidupan fauna sebagai latar belakang seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, ikan, dan mungkin juga banyak fauna lain dalam bentuk tak bernama. di kaki kedua, puisi-puisi mengambil latar belakang berbagai avontur dan destinasi. umumnya, avontur tersebut ditandai dengan nama-nama berbagai tempat di benua Asia, Eropa, Amerika, Afrika, dan juga labirin-labirin abstrak lainnya. di kaki ketiga, puisi-puisi mengambil kosakata perihal tubuh manusia secara riil maupun samar untuk memuja puncak-puncak berahi. diksi-diksi perkelaminan banyak bertebaran di raga-raga puisi dalam bentuk matang, setengah matang, setengah mentah, dan bahkan mentah sekali. di kaki keempat, puisi-puisi di sana sedang membincangkan pengagungan untuk kehidupan puisi. di kaki kelima, puisi-puisi di sana menggunakan arah, bulan, musim, dan juga tempat dan waktu sebagai media penyampaian makna.



Daftar puisi:

Kaki Kesatu
Babi Merah Jambu; Senapang; Kobra; Telur Mata Sapi; Penunggang Kuda Hitam; Kopi Luwak; Hiu; Sapi Lada Hitam; Apel dan Roti; Batu Jenderal; dan Gajah Sulawesi.

Kaki Kedua
Jangkar Perunggu; Pelabuhan Udara; Potret Diri Forugh Farrokhzad; Soda Gembira; Piring Terbang; Roti; Jalan ke Vignole; Perempuan dari Magdala; Lazar; Biduanita Botak; dan Museum Birahi Suci.

Kaki Ketiga
Nosferatu; Bulan Madu; Virgo; Euis Sabarah kepada Asep Rudiana; Asep Rudiana kepada Euis Sabariah; Malam Pengantin Gaya Pujangga Baru; Langgam Merah-Biru; Puan; Peribahasa (1); Peribahasa (2); dan Peribahasa (3).

Kaki Keempat
Jam Malam; Khat; Dahaga; Pengiring; Tukang Pos; Palu; Belaka; Liburan; Tulisan pada Nisan; Pejalan Tidur Bulan Ramadan; dan Kuintet.

Kaki Kelima
Asal-usul Kebahagiaan; Doa Musim Semi; Setiap Tengah Malam; Danau; Pih; Magnolia; Hotel Felix Culpa; Telur Chicago; Peoni; Hujan di Monona; dan Doa Musim Gugur.

*