Bibliografi antologi puisi:
Radhar
Panca Dahana. 2011. Lalu Aku (Sekumpulan Puisi). Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
sajak-sajak di antologi ini dibagi menjadi tiga babak. babak pertama berjuluk Lalu Aku dengan muatan 17 sajak. babak kedua berjuluk Lalu Kau dengan muatan 14 sajak. babak terakhir berjuluk Lalu Akukau dengan muatan 14 sajak. sajak-sajak tersebut dilahirkan pada rentang tahun 2000 hingga 2010. di dalam bukunya beliau berkata bahwa "... kata harus ditemukan kembali. kata tidak selalu menjadi daratan yang statis, diam, dan tak bergerak. mungkin ia lautan yang senantiasa bergejolak, pergi-pulang, tiada henti. kata harus menemukan dirinya, yang tak lain menemukan manusia yang telah meninggalkan dan ia tinggalkan. maka, berkatalah. bukan hanya untuk mengerti tapi untuk menjadi. susunlah kata-kata hingga ia menjadi hidup yang berwaktu dan bercinta. susunlah ia jadi puisi sehingga ia memanusiakan kamu, sebagaimana sejarah waktu ada padamu, sejarah cinta membentukmu". beliau juga berkata, "biarlah puisi bergerak tiada henti, dan mayat manusia bangkit dari kubur adabnya. puisi akan menemukan dan menghidupkan manusia kembali. bagi yang terlena, yang mayat dalam kata-katanya, yang tak menggerakkan jiwa atau spirit manusia, yang tidak membongkar adab beserta fitnah dan tipuannya, yang terjebak dalam daratan yang membatu, ia akan menemui selalu puisi yang gagal, dalam hatinya yang beku".
Daftar puisi:
Lalu Aku
Sebut Namaku: Segera; Setan-Malaikat, Aku Menujumu; Tidur Aku Tidur Selalu; Dunia Fantasi; Hari Penghabisan Itu; Lidah Tak Bertahta; Lubang Pahlawan Bertubuh Aspal; Alam Adam Memfitnah Malam; Lelaki Sunyi Sendiri; Laluaku; Rumahku; Kamartamuku; Toiletku; Dapurku; Kantorku; Lotengku; dan Lautmati Tidurku.
Lalu Kau
Lelaki Tua Stasiun Kota; Yang Mati Sesore Bumi; Panggung Tuamu, Sobatku; Sisa Sore di Daster Misna; Batubara Menggeser Waktu, Acehku; Ragukan Aku Tanpa Ragu; Semangkuk Mi; Rahasia Masa; Aku Mencintaimu; Seindah Itukah Kamu?; Batu dan Seekor Ikan; Ibu yang Baik; Api Doy Menuju Gowa; dan Lenggokmu, Lenggok Waktuku.
Lalu Akukau
Akumu di Membran Waktu; Segala Cukup bagi Segala; Dunia Jembar Lidah Bergetar; Senjata Malam; Iblislah Nafsu; Iblislah Kamu; Televisi, Awal Subuh; Perawan di Balik Gunung; Celana Dalam; Dari Cinta yang Sederhana; Sebutir Kata dan Tempat Tidur; Pisau Kecil Pingkan Mambo; Hak; dan Mendengar.
*
sajak-sajak di antologi ini dibagi menjadi tiga babak. babak pertama berjuluk Lalu Aku dengan muatan 17 sajak. babak kedua berjuluk Lalu Kau dengan muatan 14 sajak. babak terakhir berjuluk Lalu Akukau dengan muatan 14 sajak. sajak-sajak tersebut dilahirkan pada rentang tahun 2000 hingga 2010. di dalam bukunya beliau berkata bahwa "... kata harus ditemukan kembali. kata tidak selalu menjadi daratan yang statis, diam, dan tak bergerak. mungkin ia lautan yang senantiasa bergejolak, pergi-pulang, tiada henti. kata harus menemukan dirinya, yang tak lain menemukan manusia yang telah meninggalkan dan ia tinggalkan. maka, berkatalah. bukan hanya untuk mengerti tapi untuk menjadi. susunlah kata-kata hingga ia menjadi hidup yang berwaktu dan bercinta. susunlah ia jadi puisi sehingga ia memanusiakan kamu, sebagaimana sejarah waktu ada padamu, sejarah cinta membentukmu". beliau juga berkata, "biarlah puisi bergerak tiada henti, dan mayat manusia bangkit dari kubur adabnya. puisi akan menemukan dan menghidupkan manusia kembali. bagi yang terlena, yang mayat dalam kata-katanya, yang tak menggerakkan jiwa atau spirit manusia, yang tidak membongkar adab beserta fitnah dan tipuannya, yang terjebak dalam daratan yang membatu, ia akan menemui selalu puisi yang gagal, dalam hatinya yang beku".
Daftar puisi:
Lalu Aku
Sebut Namaku: Segera; Setan-Malaikat, Aku Menujumu; Tidur Aku Tidur Selalu; Dunia Fantasi; Hari Penghabisan Itu; Lidah Tak Bertahta; Lubang Pahlawan Bertubuh Aspal; Alam Adam Memfitnah Malam; Lelaki Sunyi Sendiri; Laluaku; Rumahku; Kamartamuku; Toiletku; Dapurku; Kantorku; Lotengku; dan Lautmati Tidurku.
Lalu Kau
Lelaki Tua Stasiun Kota; Yang Mati Sesore Bumi; Panggung Tuamu, Sobatku; Sisa Sore di Daster Misna; Batubara Menggeser Waktu, Acehku; Ragukan Aku Tanpa Ragu; Semangkuk Mi; Rahasia Masa; Aku Mencintaimu; Seindah Itukah Kamu?; Batu dan Seekor Ikan; Ibu yang Baik; Api Doy Menuju Gowa; dan Lenggokmu, Lenggok Waktuku.
Lalu Akukau
Akumu di Membran Waktu; Segala Cukup bagi Segala; Dunia Jembar Lidah Bergetar; Senjata Malam; Iblislah Nafsu; Iblislah Kamu; Televisi, Awal Subuh; Perawan di Balik Gunung; Celana Dalam; Dari Cinta yang Sederhana; Sebutir Kata dan Tempat Tidur; Pisau Kecil Pingkan Mambo; Hak; dan Mendengar.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar