22 April 2017

Aku Ini Binatang Jalang


Bibliografi antologi puisi:
Chairil Anwar. 2009. Aku Ini Binatang Jalang (Koleksi Sajak 1942-1949). Cetakan keduapuluh satu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.



Sapardi Djoko Damono memberi testimoni bahwa "aku mau hidup seribu tahun lagi" ditulis saat sang penyair berusia 20 tahun. 6 tahun berikutnya ia meninggal dunia. beberapa larik puisinya telah menjelma semacam pepatah atau kata-kata mutiara. ia terkenal sebagai penyair yang memiliki vitalitas sekaligus kejalangan. ciri senimannya pun muncul seperti tidak memiliki pekerjaan tetap, suka keluyuran, jorok, selalu kekurangan uang, penyakitan, dan tingkah lakunya menjengkelkan.

sajak-sajak yang ditulis menjelang kematiannya menunjukkan sikap hidup yang matang dan mengendap meskipun umurnya baru 26 tahun. ia memang dianggap memainkan peranan menentukan dalam perkembanban sastra. ia tumbuh di zaman yang sangat ribut, menegangkan, dan bergerak cepat. peristiwa-peristiwa penting susul-menyusul. untuk pertama kalinya sejak dijajah Belanda, negeri ini membukakan diri lebar-lebar terhadap segala macam pengaruh dari luar. pemuda yang pendidikan formalnya tidak sangat tinggi ini harus menghadapi serba pengaruh itu. ia pun tidak hanya mengenal para sastrawan Belanda yang dicantumkan dalam pelajarn sekolah, tetapi juga membaca karya sastrawan sezaman dari Eropa dan Amerika.

seperti perubahan yang sangat cepat di sekelilingnya, Chairil Anwar pun tumbuh sangat cepat dan raganya layu dengan cepat pula. ketika meninggal dunia, mungkin sekali ia sudah berada di puncak kepenyairannya. tetapi, mungkin juga ia masih akan menghasilkan sajak-sajak yang lebih unggul lagi seandainya dia hidup lebih lama. beberapa sajaknya yang terbaik menunjukkan bahwa ia telah bergerak begitu cepat ke depan. bahkan bagi banyak penyair masa kini, taraf sajak-sajaknya tersebut bukan merupakan masa lampau tetapi masa depan yang mungkin hanya bisa dicapai dengan bakat, semangat, dan kecerdasan yang tinggi. sudah sejak semula ia dinilai sebagai penyair penting atau terbesar, setidaknya sesudah Perang Dunia 2. dalam kedudukan demikian, sikapnya berkesenian tentu bisa berpengaruh terhadap pandangan kesenian bangsa. bagaimanapun, ia tampil lebih menonjol sebagai sosok yang penuh semangat hidup dan sikap kepahlawanan.



Daftar puisi:

1942
Nisan dan Penghidupan.

1943
Diponegoro; Tak Sepadan; Sia-sia; Ajakan; Sendiri; Pelarian; Suara Malam; Aku (Semangat); Hukum; Taman; Lagu Biasa; Kupu Malam dan Biniku; Penerimaan; Kesabaran; Perhitungan; Kenangan; Rumahku; Hampa; Kawanku dan Aku; Bercerai; Aku; Cerita; Di Mesjid; Selamat Tinggal; Mulutmu Mencubit di Mulutku; Dendam; Merdeka; Kita Guyah Lemah; Jangan Kita di Sini Berhenti; 1943; Isa; dan Doa.

1944
Sajak Putih; Dalam Kereta; dan Siap-Sedia.

1945
Kepada Penyair Bohang; Lagu Siul; dan Malam.

1946
Sebuah Kamar; Kepada Pelukis Affandi; Dengan Mirat; Catetan Th. 1946; Buat Album D. S.; Nocturno (fragment); Cerita buat Dien Tamaela; Kabar Dari Laut; Senja di Pelabuhan Kecil; Cintaku Jauh di Pulau; "Betina"-nya Affandi; Situasi; Dari Dia; Kepada Kawan; dan Pemberian Tahu.

1947
Sorga; Sajak buat Basuki Resobowo; Dua Sajak buat Basuki Resobowo; Malam di Pegunungan; dan Tuti Artic.

1948
Perseteruan dengan Bung Karno; Sudah Dulu Lagi; Ina Mia; Perjurit Jaga Malam; Puncak; Buat Gadis Rasid; dan Selama Bulan Menyinari Dadanya.

1949
Mirat Muda, Chairil Muda; Buat Nyonya N.; Aku Berkisar antara Mereka; Yang Terempas dan Yang Putus; Derai-derai Cemara; dan Aku Berada Kembali.

Sajak-sajak Saduran
Kepada Peminta-minta dan Krawang-Bekasi.

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar